Serangan Pasukan Suriah Diduga Pakai Gas Racun, 70 Warga Sipil Tewas

© Disediakan oleh PT. Kompas Cyber Media

Anak-anak Suriah berjalan di dekat tank milik pasukan rezim Suriah saat berada di kota Saqba, wilayah Ghouta Timur, Selasa (20/3/2018).AFP/LOUAI BESHARA

Serangan terbaru militer Suriah yang memukul area pemberontak di Ghouta Timur, Suriah, menyebabkan 70 warga sipil tewas dalam waktu sekitar 24 jam.

Dilansir dari AFP, Sabtu (7/4/2018), sebanyak 11 orang dilaporkan mengalami masalah pernapasan di Douma, daerah kantong terakhir yang dikuasai pemberontak di Ghouta Timur.

Tim penyelamat meyakini pasukan negara yang dipimpin Presiden Bashar Al-Assad itu telah menggunakan gas klorin beracun.

Namun, media pemerintah menyebut laporan tersebut merupakan rekayasa dari para pemberontak.

Observatorium Suriah untuk Hak Asasi Manusia menyatakan serangan pada Jumat (6/4/2018) telah menewaskan 40 warga sipil. Sementara, 30 lainnya, termasuk 8 anak-anak, tewas dalam serangan Sabtu (7/4/2018).

"Pengeboman belum berakhir. Kami bahkan tidak bisa menghitung semua orang yang terluka," kata seorang dokter muda di Douma, Mohammed.

"Ada beberapa orang yang terluka tapi tidak dapat dioperasi tepat waktu, sehingga mereka meninggal," tambahnya.

Rekaman yang dirilis dari pertahanan sipil Suriah atau Helm Putih memperlihatkan para penyelamat menggunakan tangan kosong untuk mengambil reruntuhan rumah yang dibom, sehingga dapat menyelamatkan seorang pemuda yang terperangkap di bawahnya.

Ketika mereka berdiri, para penyelamat menatap ke langit dan mendengar suara pesawat tempur.

Pemerintah Amerika Serikat mengecam keras dugaan penggunaan senjata kimia dalam serangan Sabtu kemarin di Douma.

"Laporan-laporan ini, jika dikonfirmasi, mengerikan dan menuntut tanggapan segera dari masyarakat internasional," kata juru bicara Kementerian Luar Negeri AS Heather Nauert dalam sebuah pernyataan.

"Rezim Assad dan pendukungnya harus bertanggung jawab dan mencegah serangan lebih lanjut dengan segera," tambahnya.

AS juga menyebut Rusia yang turut mendukung pemerintah Suriah, juga bertanggung jawab atas serangan brutal tersebut.

"Perlindungan Rusia terhadai rezim Assad dan kegagalan untuk menghentikan penggunaan senjata kimia di Suriah, menjadi pertanyaan komitmennya untuk menyeselaikan krisis secara keseluruhan," ucap Nauert.

Suriah telah berulang kali dituduh menggunakan senjata kimia. Sejak 18 Februari 2018, serangan di Ghouta telah menewaskan lebih dari 1.600 orang.

Editor: Veronika Yasinta
Sumber: AFP
Copyright Kompas.com
Share on Google Plus

About admin

This is a short description in the author block about the author. You edit it by entering text in the "Biographical Info" field in the user admin panel.

0 komentar:

Post a Comment