Foto: Reuters
Jakarta - Sanksi berat yang dijatuhkan Amerika Serikat
(AS) melalui Departemen Perdagangan kepada ZTE tentu mengusik pemerintah
China. Mereka pun menebar peringatan.
Wajar saja, ZTE adalah
perusahaan raksasa di Negeri Tirai Bambu itu dan jadi tulang punggung
China mewujudkan ambisi memimpin industri teknologi dunia. Kementerian
Luar Negeri China menyatakan situasi yang menimpa ZTE adalah sesuatu
yang berbahaya.
"Kami harap Amerika Serikat tidak melawan arus.
Jika kebijakan AS didasarkan pada semua hal yang kemungkinan omong
kosong, hal ini adalah tidak bertanggungjawab dan sangat berbahaya,"
kata juru bicara Kemenlu China, Hua Chunying yang dikutip detikINET dari South China Morning Post, Minggu (22/4/2018).
Hubungan AS dengan China memang sedang tidak akur terkait potensi perang
dagang antara keduanya. Dan sanksi pada ZTE membuat situasi makin
memanas walaupun hal itu sedikit banyak menggambarkan ketergantungan
China pada teknologi Negeri Paman Sam.
Seperti diketahui, karena
menjual barang secara ilegal ke Iran dan Korea Utara serta tidak
menghukum pegawai yang terlibat, selama 7 tahun ke depan ZTE dilarang
menggunakan teknologi AS yang sangat penting di produk mereka.
Secara
rinci, ZTE tak dapat menerima barang atau teknologi dari pemasok chip
Qualcomm, Intel dan Micron Technology. Juga komponen optical dari
Maynard, Acacia, Oclaro, Lumentum sampai software buatan Microsoft dan
Oracle serta kemungkinan sistem operasi Android.
China telah berusaha mengejar ketertinggalan teknologinya dari AS dan
momentum sanksi pada ZTE ini, meskipun pahit, diharapkan dapat
mempercepat kemandirian mereka.
"China telah berusaha berinovasi
dan memperkecil ketergantungannya pada teknologi asing untuk membuat
industrinya lebih kuat menghadapi ancaman seperti yang terjadi saat
ini," sebut Edison Lee, analis di bank investasi Jefferies.
Subscribe to:
Post Comments
(
Atom
)
0 komentar:
Post a Comment